Tentang Saya

Lahir di Wantilgung sebuah desa kecil yang terletak di Blora Jawa Tengah pada hari Minggu Legi 10 Maret 1985 dari pasangan Abdul Wahab dan Siti Maryam. Kata ibunya, dia dilahirkan pada malam menjelang fajar. Suatu kebahagiaan bagi pasangan Abdul Wahab dan Siti Maryam menyambut kelahiran anak pertama. Kebahagiaan ini juga dirasakan oleh sang kakek yang bernama Prawiro Kardono. Apalagi dia juga merupakan cucu pertama dari seorang kakek yang juga seorang veteran pejuang ini. Setelah beberapa hari kelahirannya, hampir saja dia meninggal karena potongan pusarnya mengalami pendarahan yang membuat tubuhnya kebiru-biruan. Mitos orang Jawa, ketika terjadi hal semacam ini, bayi harus di letakkan di tempeh (alat pengayak beras) lalu di dekatkan dengan tungku api. Setelah beberapa lama kemudian, suatu keajaiban dari Tuhan terjadi, warna tubuhnya menjadi normal kembali dan nyawanya masih bertahan.
Sebagai anak dan cucu pertama, kasih sayang dia dapatkan dri kedua orang tua serta kakek neneknya. Tumbuh menjadi anak yang nakal, suka bergaul dengan teman disekitarnya. Namun kenakalan itu bukanlah sebuah tindakan kekerasan kepada teman sejawatnya. Karena kedua orang tuanya harus berjualan di pasar, maka dia diasuh oleh kakek dan tetangganya setiap paginya. Dari sinilah dia mulai mengenal lingkungan sekitarnya yang kebanyakan anak yang berusia dua tahun lebih diatasnya.
Ketika menginjak usia tiga tahun, dia mulai tidak kerasan dengan keadaan yang dilaluinya seperti sehari-hari sebelumnya. Ini karena teman-teman dilingkungannya telah bersekolah. Sehingga dia merasa kesepian karena ditinggal anak-anak yang biasa menemaninya. Dengan merengek-rengek kepada orang tuanya, pada umur tiga tahun tersebut dia mulai memasuki taman kanak-kanak walaupun hanya sekedar ikut-ikutan saja.
Lalu pada tahun 1991 memasuki Sekolah Dasar Negeri Wantilgung dan lulus tahun 1996. setelah itu memasuki sekolah menengah pada SLTN N 1 Tunjungan-Blora lulus tahun 1999. Karena adanya keinginan kuat untuk keluar dari tanah kelahiran demi menimba ilmu, maka Imam melanjutkan studi di kota Kediri. Berangkat satu hari setelah Pemilu 1999, menjadikan momen hijrahnya sangat terkenang. Lalu di Kediri, pilihan studi jatuh pada SMU 6 Kediri. Memang bukan sekolah favorit di Kediri. Namun hal ini tidak membendung semangatnya yang selalu berkobar. Pada saat SMU pernah hampir dikeluarkan karena melakukan Unjukrasa seorang diri menuntut diturunkannya salah satu wakasek SMU 6 pada tahun 2001 (saat kelas 3). Sebenarnya unjukrasa yang dilakukannya tidakseorang diri. Namun hanya dia saja yang melakukan orasi di atas podium saat itu. Namun dengan berbagai dukungan yang diberikan wali kelasnya dan jajaran guru BP, maka sebagian guru yang mengusulkan mengeluarkan Imam dari sekolah harus gigit jari. Bahkan sang wakasek juga harus turun dari jabatannya.
Lulus dari SMU 6 Kediri tahun 2002, memasuki dunia penuh kebebasan berfikir dengan masuk pada Jurusan Ilmu Politik Universitas Airlangga. Pada masa inilah, dia mulai belajar mengenal dunia yang lebih luas lagi. Semasa kuliah aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Airlangga, LPM Retorika hingga menjadi Pimred walaupun akhirnya harus meletakkan amanah yang diembannya ditengah jalan karena alasan pembiayaan kuliah. Selain itu, juga sering menulis di Jawa Pos, Kompas Jatim, Genggam, Koreksi, dan beberapa bulletin kampus lainnya.
Selain itu, dalam bidang penulisan di media massa, pernah mengalami pelecehan karya tulis dengan dibajaknya tulisannya yang dimuat pada salah satu media oleh Padang Express. Yang berjudul “Wajah Bangsa Gila Gelar”.
Selain bidang penulisan, juga berperan dalam Community Development di Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri pada tahun 2006. Pada saat yang bersamaan, pernah satu saat bersama dengan kawan-kawan penggiat pendampingan masyarakat dan petani sekabupaten kediri melakukan demonstrasi bersama labih dari 1000 orang mengepung Kantor Kabupaten Kediri untuk menuntut pencairan dana ADD 2006.
Setelah lulus kuliah pada tahun 2007, meakukan pertapaan untuk menjadi orang yang lebih baik.

12 Tanggapan

  1. The most important problem is about your opinion and how imagining in yours. please dont try to be a narcist ya.

    thanks

  2. wakakaka
    yah….kadang narsis juga perlu kok
    yoo

  3. hmmmm….boooleh juga tulisanmu. Tapi dipadetin dikit kenapa? saranku sich, jangan terlalu banyak artikelnya. Sedikit tapi mak jrub. gitu akan lebih banyak diperhatikan orang. OK???

  4. Wallahu al-muwafiq ila aqwami at-tariq… salam.

  5. posisi di mana sekarang?

  6. wah… pek nyampek di sini u al? ya udah, aku juga numpang mampir mas…

    Syaiful Bari

  7. mas imam yaopo perjuanganmu waktu lalu?wes siap jd wtw politik Media Group JKt?Lolos yah?aq dah kandas neh di bali..tulisanmu emang khas aktivis kampus dgn idealismenx yg membara.sukses yah…bisa mt no kontak?

  8. iyo cak, mbok dipadetno sithik ae lah. cekne rodok gak narcis2 ngono. tapi, kadang2 narcis2 sithik yo perlu yo??? 😦

  9. wakakaka…….suwun kang-HAR yang masih di negri kang-GURU.
    tapi pada dasarnya, aku akan tetap mempertahankan kenarsisan ini
    wakakakakakakak…………

  10. hy salam kenal yach

  11. lamkenal juga

  12. Salam kenal.Semoga perkenaln ini bermakna.

Tinggalkan komentar